Tari Seudati dimainkan tanpa diiringi oleh alat musik. Bunyi-bunyian yang dihasilkan pada tarian ini berasal dari beberapa gerakan para pemainnya, seperti tepukan ke dada, tepukan ke pinggul, hentakan kaki ke tanah, dan petikan jari. Gerakan tersebut dilakukan para pemain dengan mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan oleh aneuk syahi. Syair-syair yang dinyanyikan oleh aneuk syahi biasanya menggunakan tema keagamaan atau informasi pembangunan negara.
Beragam jenis syair atau lagu dapat dibawakan dalam Tari ini. Syair tersebut ada yang menggunakan bahasa Aceh, Indonesia atau India. Irama yang digunakan pun dapat berupa irama dangdut, keroncong, padang pasir atau hindustan.
Ciri khas Tari Seudati antara lain adalah rasa heroik, kegembiraan, dan kekompakan para pemain dalam menarikan tarian ini. Beberapa gerakan secara dinamis, lincah, dan penuh semangat dimainkan oleh para penari. Ada beberapa gerakan yang kadang terlihat kaku, namun gerakan tersebut sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, gerakan tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.
Tari ini terdiri atas likok (gaya; tarian), saman (melodi), irama kelincahan, dan kisah yang menceritakan tentang kepahlawanan, sejarah, dan tema-tema agama. Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi beberapa babak.
Misalnya, babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang ucapkan oleh aneuk syahi saja. Lalu, salam pertama ini dibalas oleh Syeh dengan nada yang berbeda. Pada babak perkenalan ini, delapan penari hanya melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, tepuk dada serta jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu. Gerakan rancak baru terlihat ketika memasuki babak selanjutnya.
Babak kedua pada tarian tersebut dimulai dengan bak saman, yaitu seluruh penari utama berdiri dengan membuat lingkaran di tengah-tengah pentas untuk mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan dimainkan. Syeh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut.
Bentuk lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Muepakat itu, jika dikaitkan dengan konteks tarian ini adalah bermusyawarah untuk menentukan saman atau likok yang akan dimainkan.
Pada gerakan likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan bermain, dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikan oleh aneuk syahi. Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan secara cepat atau lambat tergantung dengan lantunan yang dinyanyikan oleh aneuk syahi tersebut.
Fase lain adalah fase Saman. Dalam fase ini beragam syair dan pantun saling disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan Syeh yang diikuti oleh semua penari. Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan formasi lanie, yaitu memperbaiki formasi yang sebelumnya sudah tidak beraturan.
Bagi orang yang baru pertama kali melihat Tari Seudati tentu akan merasa kagum dengan beragam gerakan yang terus menerus dengan perpindahan posisi yang sering dilakukan. Penonton pun akan merasakan semangat para pemain dalam menarikan tarian ini.
Beragam jenis syair atau lagu dapat dibawakan dalam Tari ini. Syair tersebut ada yang menggunakan bahasa Aceh, Indonesia atau India. Irama yang digunakan pun dapat berupa irama dangdut, keroncong, padang pasir atau hindustan.
Ciri khas Tari Seudati antara lain adalah rasa heroik, kegembiraan, dan kekompakan para pemain dalam menarikan tarian ini. Beberapa gerakan secara dinamis, lincah, dan penuh semangat dimainkan oleh para penari. Ada beberapa gerakan yang kadang terlihat kaku, namun gerakan tersebut sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, gerakan tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.
Tari ini terdiri atas likok (gaya; tarian), saman (melodi), irama kelincahan, dan kisah yang menceritakan tentang kepahlawanan, sejarah, dan tema-tema agama. Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi beberapa babak.
Misalnya, babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang ucapkan oleh aneuk syahi saja. Lalu, salam pertama ini dibalas oleh Syeh dengan nada yang berbeda. Pada babak perkenalan ini, delapan penari hanya melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, tepuk dada serta jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu. Gerakan rancak baru terlihat ketika memasuki babak selanjutnya.
Babak kedua pada tarian tersebut dimulai dengan bak saman, yaitu seluruh penari utama berdiri dengan membuat lingkaran di tengah-tengah pentas untuk mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan dimainkan. Syeh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut.
Bentuk lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Muepakat itu, jika dikaitkan dengan konteks tarian ini adalah bermusyawarah untuk menentukan saman atau likok yang akan dimainkan.
Pada gerakan likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan bermain, dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikan oleh aneuk syahi. Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan secara cepat atau lambat tergantung dengan lantunan yang dinyanyikan oleh aneuk syahi tersebut.
Fase lain adalah fase Saman. Dalam fase ini beragam syair dan pantun saling disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan Syeh yang diikuti oleh semua penari. Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan formasi lanie, yaitu memperbaiki formasi yang sebelumnya sudah tidak beraturan.
Bagi orang yang baru pertama kali melihat Tari Seudati tentu akan merasa kagum dengan beragam gerakan yang terus menerus dengan perpindahan posisi yang sering dilakukan. Penonton pun akan merasakan semangat para pemain dalam menarikan tarian ini.
No comments:
Post a Comment