Macam-Macam Tari dari Daerah Sumatra Utara



Tapanuli Utara
1.  Tari Tor-Tor Tujuh Cawan
          Tari Tor-Tor Tujuh Cawan tidak bisa dipelajari sembarangan orang kecuali kalau memang sudah jodoh. Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan dianggap sebagai tarian paling unik karena sang penari harus menjaga keseimbangan tujuh cawan yang diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri tiga serta satu di kepala. 
            Tarian tujuh cawan mengandung arti pada setiap cawannya. Untuk cawan 1 mengandung makna kebijakan, cawan 2 kesucian, cawan 3 kekuatan, cawan 4 tatanan hidup, cawan 5 hukum, cawan 6 adat dan budaya, cawan 7 penyucian atau pengobatan. Kegunaan lain dari tarian ini adalah untuk membuang semua penghalang bagi orang yang hadir disitu, tentunya bagi yang percaya. Biasanya manusia punya kegagalan karna ada penghalang bawaan dari lahir, karma, guna-guna, atau akibat perbuatan sendiri.
            Gerakannya se-irama dengan iringan musik (Margondang) yangdimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang,suling, terompet batak, dan lain-lain.

2. Tor-Tor Tongkat Panaluan


            Tari tongkat Panaluan adalah sebuah tongkat yang bersifat magis dan terbuat dari kayu yang telah diukir dengan gambar kepala manusia dan binatang, panjang tongkat tersebut diperkirakan lebih kurang 2 (dua ) meter sedangkan tebalnya / besarnya kira – kira 5-6 cm..
            Dalam suku batak tongkat panaluan dipakai oleh para datu dalam upacara ritus, dan tongkat ini dipakai para datu (dukun) dengan tarian tortor yang diiringi gondang (gendang) sabangunan.
Konon menurut sejarah suku batak bahwa Tunggal Panaluan ini merupakan fakta sejarah yang memiliki kisah hubungan terlarang, pada dahulu kala ada seorang raja yang tinggal di desa Sidogor dogor Pangururan di pulau Samosir di teluk perpisahan antara darat dan air, Raja ini bernama Guru Hatiabulan dengan memiliki seorang istri bernama Nan Sindak Panaluan.


 
Tor-Tor Sigale-Gale

          Sigale-gale merupakan pertunjukan kesenian dari daerah Tapanuli Utara. SiGale-gale adalah nama sebuah patung yang terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai pengganti anak raja Samosir yang telah meninggal. Untuk menghibur raja maka dibuatlah patung kayu yang di beri nama sigale-gale dan di gerakkan oleh manusia.


      Tari Souan
          Tari ini berasal dari daerah Tapanuli Utara. Tari ini merupakan tari ritual, dahulunya tari ini dibawakan oleh dukun sambil membawa cawan berisi sesajen yang Sebagai media penyembuhan penyakit bagi masyarakat Tapanuli Utara.


c.   Tapanuli Selatan

1.  Tari Endeng-Endeng

            Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil). Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.
 
d. Simalungun
1.  Tari Toping-Toping (Huda-Huda)

                         
            Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru).
            Pada Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja.


Tari Manduda
          Tari ini berasal dari daerah Simalungun, menggambarkan kehidupan petani yang sedang turun kesawah dengan suasana gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar melaui motif-motif gerakannya yang lemah gemulai dan lincah.

e.   Nias
     1. Balanse Madam

 
            Tari Balanse Madam sebuah tari tradisional yang terdapat di Seberang Palinggam Kota Padang, yang menjadi milik dan warisan budaya masyarakat Suku Nias Kota Padang. Tari Balanse Madam merupakan sebuah kesenian tari yang berupa peninggalan budaya lama yang telah ditransmisikan secara turun temurun dalam masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam.
            Sejarah keberadaan Tari Balanse Madam tidak terlepas dari kehadiran bangsa Portugis di pantai barat pulau Sumatera pada abad ke enam belas. Kedatangan bangsa Portugis ke Kota Padang telah membawa dampak terhadap tumbuhnya kesenian di Padang waktu itu, diantaranya tari Balanse Madam dan Musik Gamad. Nosafirman (1998: 2) menjelaskan seabad sebelum tanggal 7 Agustus tahun 1669, Namun kampung ini mulai ramai sejak orang-orang Portugis dan Aceh berdatangan untuk berdagang ke Kota Padang pada masa itu.Menilik kehadiran bangsa Portugis ke Padang sebagai pedagang, maka bersamaan itu pula berdatangan penduduk imigran dari pulau Nias untuk bekerja sebagai buruh atau pembantu di pelabuhan bagi bangsa Portugis.                                                         Dengan dipekerjakannya orang-orang Nias yang berada di Padang oleh Portugis, maka terjadilah relasi sosial budaya antara kedua suku bangsa tersebut, sehingga menularkan suatu bentuk kesenian yakni tari Balanse Madam. Awal lahirnya Tari Balanse Madam adalah akibat seringnya terjadi kontak (hubungan) sosial antara bangsa Portugis sebagai majikan dengan orang Nias sebagai bawahan atau pekerja. Setiap pesta yang dilakukan oleh bangsa Portugis baik di kapal ataupun di daratan selalu diperkenalkan tarian yang berbentuk tari pergaulan seperti dansa kepada orang-orang Nias.


Tari Baluse
 

            Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.





Tari Maena
                
            Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma), namun seiring oleh perkembangan peradaban yang canggih dan moderen, pantun-pantun maena yang khas li nono niha sudah banyak menghilang, bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-acara maena di kota-kota besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa) maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan (falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).

Tari Moyo (Tari Elang)
        
            Tari moyo atau tarian elang juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung elang.

f.    Karo
     1. Tari Piso Surit         

          Piso Surit adalah salah satu tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Batak Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas orang karo. Sebenarnya Piso Surit adalah bunyi sejenis burung yang suka bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang memanggil-manggil dan kedengaran sangat menyedihkan. Jenis burung tersebut dalam bahasa karo disebut "pincala" bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan bunyi seperti "piso serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi oleh Komponis Nasional dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan penyelenggaraan pesta adat di Desa Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit.
          Berkat kepiawaian Djaga Depari menciptakan lagu-lagu berbasis lagu Karo, Moralitas Masyarakat Karo,Perkembangan zaman, adat-istiadat Karo, romantisme sampai kehidupan perjuangan masyarakat Karo semasa merebut kemerdekan dari tangan penjajah pada masa lalu, sehingga sang maestro dianugrahkan gelar sebagai komponis nasional Indonesia, dan kini untuk lebih mengenang jasa-jasa beliau, maka dibangun sebuah monumen Djaga Depari, di Persimpangan antara Jl Patimura, Jl. Sultan Iskandar Muda dan Jl. Letjen Djamin Ginting


v  Guro-Guro Aron (Terang Bulan)
            Guro-guro Aron adalah arena muda-mudi Karo untuk saling kenal dan sebagai lembaga untuk mendidik anak muda-mudi mengenal adat.
Dahulu acara ini dibuat sebagai salah satu alat untuk membudayakan seni tari Karo agar dikenal dan disenangi oleh muda-mudi dalam rangka pelestariannya.
Acara ini dilengkapi dengan alat-alat musik khas Karo yakni:
Sarune, gendang (singindungi dan singanaki), juga dari penganak.
g.        Dairi
Tari Tak-Tak Garo-Garo

          Tari ini menggambarkan kehidupan burung, terbang kesana kemari mencari makan dan bersendau gurau dengan kawan-kawanya. Tari ini berasal dari Phakpak, Dairi, Sumatera Utara.
­­­­­


Tari Kesenian dari Sumatra Barat


Tarian Sumatera Barat memiliki banyak ragam gerakan dan makna; masing-masing jenis tarian memiliki konsep atau latar belakang, mulai dari tarian untuk persembahan sampai tarian pergaulan yang ceria. Tari kesenian dari Sumatra Barat juga banyak yang dipengaruhi oleh kedinamisan gerakan pencak silat, dimana konsep pencak dalam silat Minangkabau ‘dipinjam’ atau bahkan diaplikasikan langsung dalam gerakan tarian.
Berikut adalah beberapa jenis tarian yang merupakan ciri khas Sumatera Barat.

Tari piring ini diketahui hampir semua orang Indonesia bahkan yang tak berada di Sumatera. Tarian khas ini mulanya merupakan bagian dari adat persembahan setelah panen, yang dilambangkan dengan piring-piring.

Tari piring adalah tarian ikonik Sumatra Barat, dan makna di baliknya tak jauh berbeda dengan properti yang digunakan.

Keindahan Berpadu Kelincahan
Jika Anda diminta menyebutkan salah satu tarian khas Sumatra Barat, Anda pasti akan menjawab tari piring. Tarian ini memang tak bisa dipisahkan dari kebudayaan masyarakat Sumatra Barat yang berlatar belakang agraris. Ya, tari tradisional Minangkabau ini tidak menggunakan piring tanpa alasa; mereka menggunakannya sebagai properti untuk menggambarkan hal yang berkaitan dengan makanan dari hasil panen.

Tarian ini merupakan jenis tarian yang cepat dan dinamis, dengan banyak liukan, langkah berputar dan tentu saja gerakan tangan yang lincah seolah piring-piring tersebut dilem di tangan penarinya. Piring yang digunakan tentu saja piring beling, dimana si penari bahkan sesekali akan terdengar mengetukkan jari mereka pada piring (mereka mengetukkan semacam cincin khusus). Gerakan-gerakan tarian ini tentu saja memerlukan keahlian dan ketangkasan khusus.

Makna di Balik Tari Piring
Tari piring biasanya menjadi pertunjukan seni untuk turis atau tarian yang dipelajari kaum muda. Akan tetapi, dulu tarian ini punya arti sakral. Sebelum masuknya Islam ke Minangkabau, tari piring merupakan bagian dari upacara persembahan setelah panen dimana piring-piring yang dipakai menari akan diisi dulu dengan makanan dan sesajen. Hal ini merupakan tanda terima kasih atas karunia makanan dan panenan yang diberikan.

Kini, aspek sesajen dalam piring sudah dihilangkan, tetapi aspek lain seperti kelincahan gerak tari masih tetap ada. Malah, di akhir tarian, biasanya para penari akan menghancurkan piring-piring yang mereka bawa di satu titik, lalu mereka menari bertelanjang kaki di atasnya. Suasana pun menjadi menegangkan dan membuat tarian ini menarik.

Para penarinya pun tak hanya pria, tapi juga wanita. Semuanya mengenakan pakaian berwarna cerah yang didominasi warna keemasan dan merah, dan jumlahnya biasanya ganjil. Agar lebih meriah, tarian diiringi dengan
talempong (semacam alat musik pukul mirip bonang) dan saluang (seruling panjang).

Tari piring memerlukan waktu yang cukup lama untuk memelajarinya, dan para penari pemula biasanya belajar dengan menggunakan piring plastik dulu, baru kemudian pelan-pelan belajar menggunakan piring beling agar terbiasa.by Rusdi Chaprian


                                                                   
Tari Payung

Tari payung tergolong tarian pergaulan dan biasanya dilakukan pasangan pria serta wanita, dimana yang membawa payung adalah prianya karena payung diandaikan sebagai simbol perlindungan dari suami untuk keluarga.
                           

Tari payung bukan hanya atraktif, namun juga menunjukkan ekspresi kasih sayang dalam sebuah tarian pergaulan.


Tari Payung, Tari Pergaulan dari Minangkabau Sumatra Barat
Setiap kebudayaan memiliki tarian pergaulan yang menggambarkan kisah cinta dan pergaulan antar pria dan wanita, tak terkecuali Sumatra Barat. Salah satu tarian pergaulan yang terkenal dari propinsi ini adalah yang disebut tari payung. Sesuai namanya, tarian ini memanfaatkan media payung hias sebagai properti, yang membuat gerakan-gerakan tarian menjadi makin menarik dan atraktif. Karena sifatnya, tentu saja tarian ini paling sering dipertunjukkan saat ada upacara pernikahan.

Gaya Tari Berpasangan Tari Payung
Di dalam tarian ini, yang membawa payung hias adalah penari prianya. Payung ini dibawa dalam gerakan menari yang atraktif sementara penari perempuannya mengiringi dengan menari menggunakan selendang. Masing-masing pasangan menari berputar dan bersebelahan dengan irama musik yang semakin lama semakin dibuat cepat, sehingga makin lama tarian terlihat makin dinamis. Musik ala melayu dengan alat-alat musik yang bervariasi semakin membuat tarian ini menarik untuk dilihat.

Musik yang dibawakan biasanya adalah lagu berjudul ‘Babendi-bendi ke Sungai Tanang.’ Musik ini sangat pas dimainkan untuk mengiringi tari pergaulan ini, karena isinya menceritakan perjalanan bulan madu sepasang suami istri. Kesan romantis pun semakin tampak dari paduan tarian dan lagu tari payung ini.

Makna di Balik Properti Tari Payung
Ada makna tersendiri di balik properti yang dibawa oleh para penari lelaki dan perempuan dalam tari payung. Selendang yang dibawa penari perempuan merupakan lambang ikatan cinta serta kesetiaan, sementara payung yang dibawa si penari lelaki adalah lambang perlindungan dalam pernikahan, dimana peran seorang suami yang baik adalah sebagai pelindung istri.

Tarian ini dulunya termasuk tarian yang memiliki pakem cukup ketat dalam berbagai aspek, misalnya dalam hal kostum, gerakan, posisi tangan dan berdiri para pasangan dan sebagainya. Tetapi, dengan semakin banyaknya peminat tari tradisional Indonesia, tari payung kini memiliki banyak variasi atau modifikasi modern. Tarian ini sudah banyak pula dipentaskan di luar negeri.

Akan tetapi, walau sudah banyak versi modernnya, tari payung klasik tetaplah tarian yang mempesona dan memiliki daya tarik tersendiri bagi yang menyaksikannya. By Rusdi Chaprian


                                                                                                         
Tari Rantak

Tari rantak adalah tari kesenian dari Sumatra Barat yang terinspirasi pencak silat; gerakan-gerakanya mudah dikenali karena banyak melibatkan gerakan pencak silat walaupun tetap terlihat sebagai tarian.

Tari rantak adalah tarian Minangkabau yang sangat dinamis, gerakan-gerakannya penuh gerakan yang terinspirasi dari pencak silat.

Tari Rantak Dari Sumatera Barat Dinamis dengan Gerakan Pencak
Siapa yang tak kenal pencak silat? Seni bela diri ini tertanam sangat kuat dalam tradisi rakyat Minangkabau Sumatera Barat hinga mengilhami salah satu gerakan seni tarian yang disebut tari rantak. Semua tarian rakyat Minangkabau sangat dinamis, namun tari rantak luar biasa dinamis dan unik untuk dilihat karena menampilkan gerakan-gerakan dinamis yang terinspirasi dari pencak silat. Malah, tarian ini lebih ‘ramai’ karena selain musik, sesekali ada suara keras saat para penari menghentakkan kaki di lantai.

Tarian rantak ini biasanya dibawakan oleh beberapa orang pria dan wanita yang mengenakan pakaian berwarna merah serta emas. Dengan kombinasi pakaian yang warnanya cerah, musik yang dinamis dan gerakan-gerakan yang kuat dan tajam plus hentakan kaki, tari rantak merupakan pemandangan yang mengagumkan untuk dilihat.


Gerakan Penuh Filosofi
Tari rantak yang dikenal orang Minangkabau saat ini ada dua macam, yaitu Rantak Kudo Pesisir Selatan yang agak lebih kuno dan tarian ciptaan Gusmati Sud yang bernama sama. Keunikan tari rantak ciptaan Gusmiati Sud ini adalah adanya jenis-jenis teknik yang menekankan pada berbagai teknik gerakan silat lengkap dengan filosofinya, yaitu:
  • Tagak-tagak (‘berdiri tegak’) yang juga melambangkan konsep merenung sebelum melakukan segala sesuatu.
  • Ukua Jo Jangko (gerakan seperti mengukur) yang bermakna melakukan segala sesuatu harus sesuai dengan kemampuan yang diukur dengan baik.
  • Pandang Kutiko (memandang) yang bermakna kemampuan untuk menafsirkan suatu peristiwa atau pelajaran dengan arif, tidak berat sebelah.
  • Garak-garik (bergerak) yang bermakna inisiatif untuk melakukan sesuatu yang baik, penuh kepekaan dan kewaspadaan.
  • Raso Pareso, yaitu tahap terakhir dimana hal ini melambangkan pikiran yang sudah menyatu dengan hati nurani.
Semua gerakan ini dimaksudkan untuk melestarikan seni pencak (aspek seni dari silat) sekaligus menunjukkan filosofi sebenarnya dari gerakan-gerakan seni pencak dan tari rantak itu sendiri dalam kesatuan gerak yang harmonis. Lepas dari itu, tarian ini adalah tarian yang dinamis dan menarik mata serta enak disimak. Tarian ini pun menjadi salah satu tarian Minangkabau Sumatera Barat paling atraktif. By Rusdi Chaprian









Tari indang dikenal banyak orang sebagai tari ‘din din ba din din’ dan menjadi salah satu tarian paling ikonik, yang memadukan tarian serta seni bertutur dalam adat Islam Minangkabau.
Tradisi tutur wilayah Minangkabau yang kaya dipadukan dengan tarian dan menjadi tari indang yang mempesona.

Tari Indang Dari Minangkabau Sumatera Barat Tarian Bercampur Tradisi Tutur
Banyak tarian yang ditarikan secara berkelompok di Sumatra Barat, namun tari indang memiliki tempat istimewa karena memadukan tradisi tari dan tutur. Keunikan inilah yang membuat tari indang sangat terkenal, karena selain ada unsur gerakan juga ada unsur musik dan tutur yang bernapaskan tradisi Islam yang memang sangat kental di Sumatra Barat. Gerakannya yang dinamis dan keunika perpaduan unsur-unsurnya menjadikan tari indang sangat menarik untuk ditonton.

Tarian indang ini pertama kali muncul sekitar abad ke-14 dan memang dimaksudkan untuk menggabungkan aspek budaya Minangkabau dan Islam. Tujuannya adalah memperkenalkan aspek dakwah Islam dengan cara yang lebih mudah diterima masyarakat lokal yaitu dengan kesenian.

Paduan Lagu dan Dakwah
Bagi yang kurang paham dengan latar belakang tarian ini mungkin akan menyangka bahwa tari indang ini adalah tarian berkelompok biasa, dengan jumlah penari yang mencapai 7 orang dan biasanya terdiri dari penari pria plus seorang yang bertugas sebagai ‘tukang zikir,’ yang menyampaikan pesan lisannya sekaligus memberi isyarat pada ‘anak-anak indang’nya untuk melakukan gerakan tarian.

Tarian ini kebanyakan dilakukan sambil duduk, dan para penarinya membawa rebana. Sambil duduk, para penari melakukan gerakan-gerakan dinamis, dan Anda mungkin familiar dengan kata-kata “din din ba din din” yang merupakan bagian dari pujian terhadap Allah SWT serta kebesaran-Nya. Karena itulah ada juga yang menyebut tarian ini dengan tarian badindin.

Makna Tari Indang
Tari indang menyimpan makna yang sangat dalam soal kebesaran Islam dan Allah SWT dalam gerakan serta nyanyiannya. Unsur-unsur nada dan irama yang bersifat pujian dimasukkan ke dalam tarian ini. Secara umum, jika diikuti dari awal sampai akhir lalu dibedah, isi tarian ini adalah kisah kedatangan awal agama Islam di Minangkabau, yang banyak membentuk corak budaya di daerah ini hingga sekarang.

Akan tetapi, bahkan bagi yang bukan muslim atau orang luar Sumatra Barat, tarian ini tetap dianggap sebagai salah satu
tarian khas Sumatera Barat yang dinamis, unik dan sangat berkesan. Selain itu, tarian indang sendiri sebenarnya merupakan satu bentuk dokumentasi sejarah dan budaya, karena ‘merekam’ kisah awal masuknya Islam ke Sumatra Barat. By.Rusdi Chaprian






Tari pasambahan adalah tarian yang digunakan sebagai sarana penyambut tamu, serta ditarikan dalam berbagai acara adat serta pernikahan. Tamu yang datang kemudian akan dipayungi dan tamu-tamu lain disuguhi sirih.

Tari pasambahan adalah tarian yang anggun dan ditujukan untuk menyambut tamu kehormatan dengan gerakan-gerakan gemulai.

Tari Pasambahan, Tarian Elok untuk Menyambut Tamu

Menyambut tamu dengan baik merupakan bagian dari tiap kebudayaan, termasuk kebudayaan Minang. Tari pasambahan merupakan tarian yang ditujukan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap tamu kehormatan yang baru datang. Menunjukkan rasa hormat kepada tamu adalah budaya yang harus dipertahankan, dan tarian ini merupakan perwujudan ideal dari keramahan dalam hal mengambut tamu.

Rincian Tari Pasambahan

Tari pasambahan merupakan tarian anggun yang kerapkali ditarikan oleh kaum wanita. Tarian anggun ini dilakukan di suatu lokasi acara khusus atau pesta pernikahan, dengan tarian yang dilakukan pada saat tamu istimewa mulai memasuki ruangan atau tempat acara dilaksanakan. Ketika tamu ini masuk, penari juga kemudian akan membawa payung kebesaran dan memayungi si tamu sampai ke tempat duduknya sebagai rasa hormat.

Dalam tarian ini, para penari juga membagikan daun sirih dalam kotak kepada para tamu sebagai rasa hormat. Jika dilakukan dalam upacara pernikahan, maka tarian ini berubah fungsi menjadi tarian penyambutan terhadap mempelai pria dan keluarganya, pada saat mereka datang ke rumah si mempelai wanita.

Tari pasambahan adalah tarian yang menyenangkan untuk dilihat, dengan para penari yang berpakaian warna-warni dan mengenakan aksesoris serta hiasan kepala yang sangat terperinci. Karena merupakan tarian untuk menyambut tamu istimewa, wajar jika para penarinya pun terlihat sangat istimewa dengan kostum yang cukup menyolok.


Tari Pasambahan Kini

Tari pasambahan dulu merupakan tarian yang eksklusif sebagai tari penyambutan. Akan tetapi, kini fungsinya sudah bergeser; tidak hanya untuk memberikan sambutan selamat datang bagi para tamu, namun juga dijadikan sebagai pertunjukan yang diapresiasi karena aspek seni dan budayanya itu, dan tidak harus dijadikan sarana untuk menyambut tamu lagi. Jadi, tari pasambahan kini sudah mengalami pergeseran fungsi.

Lepas dari hal tersebut, tari pasambahan termasuk tarian yang masih cukup banyak ditemukan di Sumatra Barat, apalagi karena tarian ini sering ditarikan dalam kesempatan umum atau resmi dimana akan ada tamu penting untuk disambut. Oleh karena itu, tari pasambahan merupakan salah satu jenis tarian yang banyak diapresiasi dan dihargai masyarakat Sumatra Barat. By Rusdi Chaprian

Tari randai merupakan tari kesenian Sumatra Barat yang unik, karena sebenarnya lebih merupakan sebuah seni gabungan antara pencak silat, seni drama atau tutur, tarian dan musik. Penarinya banyak dan kini sering melibatkan penari perempuan (dulu biasanya hanya ditarikan lelaki). Tarian ini menggambarkan kisah-kisah atau cerita rakyat dan kini sering ditampilkan saat Idul Fitri.

Tari randai adalah salah satu tarian terunik di Sumatra Barat, karena memiliki unsur gabungan beberapa seni yang berbeda dalam gerakan dan formasinya.

Tari Randai Gabungan Tarian, Seni Tutur dan Silat

Tarian di Sumatra Barat tidak hanya terdiri dari
tari-tarian berupa gerakan dengan musik, namun bisa mengandung banyak unsur. Tari randai, contohnya, merupakan tarian yang sangat unik karena sebenarnya bukan sekedar sebuah tarian dengan gerakan dan musik seperti umumnya tarian, namun terdiri dari berbagai unsur seni seperti seni tutur, drama, musik dan bahkan bela diri tradisional.

Karena sifatnya, tari randai biasanya ditarikan berkelompok, dimana ada beberapa orang yang biasanya menjadi ‘pemeran utama’ dan yang lainnya sebagai pendukung cerita serta untuk meramaikan tarian agar lebih meriah. Gabungan musik yang menarik, gaya bertutur yang atraktif, gerakan-gerakan tarian dan
silat yang dinamis serta cerita yang dibawakan membuat tari randai terlihat semakin indah dan eksotis.

Kisah dalam Randai
Karena merupakan gabungan antara seni tari dan tutur, tarian ini harus dimainkan beberapa orang sebagai pemeran karakter dan satu orang pemandu (seperti narrator) yang disebut janang. Kebanyakan pemainnya adalah laki-laki, dan para penarinya membentuk lingkaran dan melakukan gerakan-gerakan tarian serta sandiwara sesuai perannya. Kisah yang dibawakan juga tak jauh-jauh dari cerita rakyat dengan pesan moral seperti Cindua Mato atau Malin Deman.

Dulu, biasanya tari randai digunakan untuk membawakan cerita dalam bentuk syair, namun kini jika menontonnya, akan terlihat bahwa gaya penceritaan tarian ini lebih banyak mengarah ke gaya sandiwara modern, dengan karakter dan pemeran berbeda. Apapun cerita yang disampaikan, kerapkali ada pesan moralnya sehingga penonton mendapat sesuatu yang berbeda.

Kapan Tarian Ini Dibawakan?

Tari randai kini kerap dibawakan saat ada acara yang diselenggarakan saat Idul Fitri, karena bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan moral cerita yang berkaitan dengan teladan baik. Selain itu, cerita ini juga sering dijadikan sarana untuk menyampaikan berbagai cerita yang berkaitan dengan kondisi aktual di masyarakat. Seni silat yang ditampilkan di dalam tarian ini juga merupakan sarana untuk melestarikan kesenian bela diri tradisional.

Tari randai merupakan salah satu tarian paling unik dan berwarna-warni yang ada di dalam kebudayaan Minang, lengkap dengan berbagai seni yang digabungkan menjadi pertunjukan yang apik. By Rusdi Chaprian


Tari Alang Babega
Tari alang babega menggambarkan burung elang yang sedang terbang dan kemudian menukik menyambar anak ayam di tanah. Tarian ini biasa dibawakan berkelompok dan bisa oleh penari lelaki maupun perempuan.


Walau termasuk bela diri, silat Minangkabau ternyata juga termasuk dalam seni, terutama aspek pencak-nya. Dalam tradisi Minangkabau, aspek ‘pencak’ atau ‘mancak’ bermakna ‘kembang’ silat dan menunjukkan aspek seni dari bela diri tersebut. Bela diri ini sudah berakar selama berabad-abad sehingga dijadikan dasar dari banyak tari kesenian Sumatera Barat. by Rusdi Chaprian

Silat merupakan bela diri tradisional Indonesia dengan keunikan masing-masing daerah, dan silat Minangkabau memiliki latar belakang budaya serta filosofi yang kaya.

Silat Tradisional dari Minangkabau Sumatera Barat, Bela Diri Penuh Filosofi
Setiap propinsi di Indonesia memiliki seni bela dirinya masing-masing, dan silat Minangkabau adalah bela diri yang lahir dari tradisi rakyat Minangkabau, yang sejak jaman dahulu adalah daerah yang kaya rempah-rempah sehingga rakyatnya harus mengembangkan sistem bela diri untuk keamanan. Di samping itu, tradisi merantau yang sudah berlangsung ratusan tahun mengharuskan orang Minangkabau untuk tahu bela diri demi keselamatan.

Istilah pencak silat yang kita kenal berasal dari kata mancak dan silek dalam bahasa Minang, dimana kedua istilah tersebut menggambarkan ‘seni’ dan ‘aspek pertarungan’ dari silat Minangkabau. Karena itulah, gerak-gerik silat sangat indah dan bahkan sering dipertunjukkan di berbagai acara adat atau bahkan menjadi dasar
tari-tarian, misalnya tari randai.


Konsep Silat Minangkabau dalam Gerakan

Silat Minangkabau memiliki beberapa konsep gerakan yaitu:
  • Tagak jo langkah, yaitu cara berdiri yang teguh serta sambil melindungi area vital, dan melangkah dalam formasi silat. Istilah ‘tagak’ juga berarti prinsip utama pendekar silat yang harus selalu hidup dengan tegak, tidak mencari gara-gara.
  • Garak jo garik, yaitu naluri untuk mengantisipasi serangan atau bahaya serta cara mengantisipasinya.
  • Raso jo pareso, yaitu kemampuan melakukan formasi/gerakan dengan mulus serta kemampuan untuk menganalisis gerakan dan jurus, baik milik sendiri maupun lawan.
  • Kato bajawek gayuang basambuik, yaitu konsep dimana seorang pendekar ahli bisa terus bersilat sampai dirinya tak bisa bersilat lagi, dengan menerapkan teknik yang tepat untuk mematahkan serangan lawan yang bagaimanapun.
  • Tagang bajelo kandua badantiang, yaitu konsep gerakan silat yang memadukan unsur keras dan lembut dengan serasi.
  • Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin, yaitu konsep bela diri yang sebenarnya sudah umum dimana gerakan silat harus alami dan mengikuti sifat alami tubuh.
Selain dipakai untuk bela diri, silat minangkabau ini juga dimanfaatkan sebagai salah satu dasar dari banyak tarian (Tari rantak). Bahkan, pertunjukan silat Minangkabau Sumatera Barat adalah sesuatu yang wajib dalam berbagai acara adat, walaupun yang dipertunjukkan di sini hanyalah pencak silatnya, bukan pertarungan sungguhan.By Rusdi Chaprian





Tarian dari Sumatera Selatan

Posted by cinta indonesia Jumat, 22 November 2013 0 komentar
Sumatera Selatan mempunyai banyak nilai seni dan budaya yang memang mengagumkan, salah satunya adalah seni tari. Ada banyak seni tari yang berkembang di daerah yang terkenal dengan Sungai Musi ini. Berikut ini terdapat beberapa tarian yang ada di daerah Sumatera Selatan.


Tari Sebimbing Sekundang
Tari ini merupakan tari tradisional masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu yang ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun di tempat terbuka yang dilakukan oleh 9 penari, 1 orang puteri pembawa tepak, 2 orang pembawa rempah-rempah, 1 orang pembawa payung agung dan 2 orang pengawal.

Tepak atau Pengasan merupakan sarana utama tarian ini yang berisikan beberapa lembar daun sirih segar dan beberapa lipat daun sirih yang telah diracik dengan getah gambir sehingga siap disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Gerak tarian, pakaian dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian dan musik tari-tari tradisional dari berbagai Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar motto "Bumi Sebimbing Sekundang" yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.


Tari Kebagh


Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara tutun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.


Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.


Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.


Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.


Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.


Tari Tanggai

Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.


Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.


Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.
Dahulu tarian ini pulalah yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering dilakukan.


Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.


Tari Gending Sriwijaya

Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.



Tari Tenun Songket

Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya yang sedang memanfaatkan waktu luang dengan menenun
                                                                                                                                                           

No comments:

Post a Comment